Saturday 22 February 2014

IDE BISNIS RUMAHAN YANG SUKSES

Sebenarnya banyak sekali ide-ide bisnis/usaha rumahan bahkan bisa  buat usaha sampingan yang bikin kita sukses. Tapi kali ini Rumah Peternakan akan mengulas tentang usaha rumahan atau usaha sampingan di bidang peternakan ayam kampung, usaha peternakan ayam kampung sangat menjanjikan dan dalam pengurusan dapat juga dijadikan usaha sampingan/rumahan.
Ayam kampung perlu dipelajari dan diketahui cara-cara pemeliharaannya yang baik dan benar. Dengan pemeliharaan yang baik dan benar, ternak yang dipelihara akan tumbuh optimal sesuai harapan. Ternak pun dapat hidup dan berproduksi dengan baik sesuai dengan perawatan dan pemeliharaan yang diberikan oleh peternak.

Sistem Pemeliharaan Ayam Kampung



di bidang peternakan dikenal tiga sistem pemeliharaan sebagai berikut:

  • Sistem pemeliharaan ekstensif
Pada cara ini tidak ada campur tangan manusia sebagai pemiliknya. Ternak hanya dilepas begitu saja dan akan datang sendiri di malam hari. Pemilik tidak memberikan apa-apa dan mengambil ternaknya ketika ia butuh uang atau bila ada niat hajatan. Ternak memberikan imbalan yang besar kepada pemiliknya, tetapi pemilik tidak sedikit pun memberikan perhatian pada ternaknya. Cara ini banyak ditemukan di negara-negara yang peternakan dan pengetahuan peternakan belum maju. Di Indonesia, cara ini banyak dilakukan oleh peternakan-peternakan rakyat.
Cara ini di sebut sebagai cara tradisional, yaitu ayam dilepas bebas untuk berkeliaran di kebun-kebun sekitar rumah. Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi dan menghemat biaya makanan. Umumnya ayam cukup diberi makan pagi saat akan dilepas. Makanan tersebut berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya. Selebihnya, ayam di anggap dapat mencari makan sendiri di sekitar rumah. Kelemahan cara pemeliharaan ini di antaranya ayam lambat untuk berkembang lebih banyak karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi, waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktivitas, kendala akan keberadaan ayam kurang sehingga persentase kemungkinan di mangsa predator maupun hilang lebih tinggi. Cara pemeliharaan ini mengakibatkan ternak kurang produktif.
  • Sistem Semiintensif
 Sistem ini sudah mulai ada campur tangan pemeliharaan. Pemeliharaan sudah memulai menerapkan pengetahuannya untuk meningkatkan produksi ternak. Akan tetapi, ternak masih dilepas. Hanya saja, ternak tidak sebebas pada sistem pemeliharaan ekstensif.
  • Sistem intensif
Sistem ini sudah mulai ada campur tangan pemeliharaan. Pemeliharaan sudah memulai menerapkan pengetahuannya untuk meningkatkan produksi ternak. Akan tetapi, ternak masih dilepas. Hanya saja, ternak tidak sebebas pada sistem pemeliharaan ekstensif.
Sistem Intensif
Pada sistem ini, campur tangan manusia sepenuhnya sangat berperan dalam kehidupan ternak. Mulai dari ternak kecil hingga apkir serta mulai dari kebutuhan yang paling kecil hingga yang terbesar semuanya melibatkan campur tangan manusia. Ciri-ciri dari cara ini adalah diperlukan modal tambahan dan pengetahuan, tetapi hasil yang diperoleh jauh lebih baik dan memuaskan daripada sistem pemeliharaan ekstensif.
Ayam kampung yang dipelihara secara intensif dapat berproduksi sekitar 112 butir/ tahun atau sekitar 30,9% dan umur dewasa kelamin 148 hari (Direktorat Jendral Peternakan, 2006). Ayam buras dengan produksi telur selama 12 minggu sebesar 43,24% hen-day, jumlah telur 36,32 butir/ekor, bobot telur 30 g/butir dan rata-rata bobot telur sebesar 40 gram/butir (Zainudin et al., 2005).
Ketiga cara pemeliharaan ayam kampung tersebut telah diterapkan Indonesia. Banyak desa yang melakukan cara pertama, tetapi ada pula yang menerapkan cara kedua. Cara ketiga juga ada yang menerapkan. Penerapan cara pertama pada ayam kampung tidak hanya terjadi di negara kita saja. Di afrika, banyak pula yang melakukan cara pemeliharaan pertama dan kedua untuk ayam setengah liar. Desa-desa di inggris, ada pula yang menerapkan cara kedua (semiintensif) untuk ayam setengah liar. Cara pemeliharaan semiintensif memang gencar  diperkenalkan di desa-desa oleh para penyuluh lapang peternakan. Setiap ada kesempatan untuk praktik di desa, para mahasiswa dari fakultas peternakan atau fakultas kedokteran veteriner selalu memperkenalkan cara semiintensif ini. Mereka menyadarkan pemilik ayam kampung agar juga memperhatikan nasib ayam kampungnya. Walaupun itu hanya sekedar memberikan pecahan beras (menir) dan membawa ayamnya ke mantri hewan untuk di vaksin tetelo gratis. Cara-cara pemeliharaan yang lebih baik dan didukung dengan program seleksi yang baik, juga diperkenalkan oleh para penyuluh kepada penduduk desa.
Sebelum diuraikan tentang pemeliharaan yang selayaknya dilakukan untuk ayam kampung, akan dilihat terlebih dahulu tentang pemeliharaan yang ada kini.
Pemeliharaan ayam kampung yang seadanya di desa memang berlatar belakang sosial dan kurangnya pengetahuan masyarakat desa itu sendiri. Siapa pun sulit berkilah, bila kehidupan mereka di desa memang sederhana. Hal ini sudah dapat di duga bahwa perhatiannya terhadap ternak yang di peliharaannya juga kurang. Kecuali, bila mereka sudah menyadari benar bahwa ayam kampung yang dipeliharanya benar-benar mempunyai fungsi sebagai tabungan bagi mereka. Alasan inilah yang sering dijadikan titik tolak perbaikan sistem pemeliharaan ayam kampung bagi para penyuluh di desa-desa. Kadang kala mereka terlalu berlebihan memperhatikan ternak peliharaannya dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Ayam kampung dapat tidur di sembarang tempat pada areal rumah pemiliknya seperti di bawah pohon, bertengger di dahan, di dapur, atau di gudang. Pagi hari ayam kampung beranjak dari tempat tidurnya, lalu pergi mencari makan sendiri. Berupa nasi, serangga, rurumputan, batu kecil, dan lain-lain. Sore harinya ayam pulang ke rumah pemilik dan berputar-putar dahulu mencari tempat berteduh. Begitulah terus-menerus hingga ayam itu bertelur atau di jual oleh pemiliknya.cara demikian sangat banyak dilakukan di desa-desa. Perhatian sedikit diberikan ketika ayam kampung itu bertelur atau sewaktu memelihara anaknya. Di sini pemeliharaan yang tak acuh terhadap ayamnya, memberikan tempat untuk ayam kampungnya bertelur. Ketika anak ayam sudah menetas, diberikan menir ala kadarnya. Setelah itu, pemilik kembali acuh tak acuh  dan tidak memperhatikan lagi. Memang orang-orang yang memakai cara pemeliharaan demikian mulai memperhatikan ayam kampung yang  dipeliharanya ketika ayam itu sudah menunjukkan hasil, yaitu di saat bertelur atau menetas. Dengan demikian, si pemilik merasa ada manfaat memelihara ayam kampung. Alasan inilah yang dijadikan dasar kuat untuk menyadarkan pemilik ayam kampung yang tak acuh terhadap ayamnya. Dengan mengajukan manfaat-manfaat secara ekonomis bagi kehidupan pemilik, penyuluh-penyuluh banyak memperoleh kemajuan untuk meningkatkan kesadaran pemilik.
Sedikit berbeda dari cara pertama tadi, pada cara kedua ini sudah ada perhatian pemilik. Pada umumnya mereka yang memakai cara ini sudah menyadari benar manfaat ayamnya sebagai penolong di kala membutuhkan uang. Pada cara ini pemilik setiap pagi membuka kandang ayam. Sementara itu, menir atau dedak (bekatul) ditaburkan di tempat makan. Setelah itu, ayamnya di biarkan berjalan-jalan di sekitar rumah. Siang hari kembali ayam itu diberi makan menir,dedak atau bekatul. Malam hari kandang di tutup dan jumlah ayam yang ada di hitung. Di sini sudah ada usaha untuk membuat kandang sehingga ayam tidak bermalam di sembarang tempat.
Kadang kala, gudang yang tak ter pakai dijadikan kandang. Walaupun belum memenuhi syarat kandang yang baik, tetapi sudah ada perhatian dan usaha menyediakan tempat khusus untuk ayam bermalam. Selain itu, di berika makanan tambahan, walaupun hanya sekedar menir atau dedak.
Cara pemeliharaan semacam ini banyak dilakukan oleh peternak yang tingkat ekonomi dan pengetahuannya relatif agak tinggi, terutama di daerah-daerah pantai utara pulau jawa dan di tapanuli, sumatra utara. Peternak yang memakai cara pemeliharaan ini membawa ayamnya ke mantri hewan untuk di vaksin tetelo. Cara ini juga banyak diterapkan di kota-kota. Ayam kampung yang dipelihara di kota memang tidak di berikan makanan secara khusus seperti halnya ayam yang dipelihara di desa. Ayam kampung tersebut dapat memakan sia-sia, bila dipelihara di perkotaan, tersebut di biarkan untuk mencari makanan di tempat-tempat sampah. Dalam keadaan tertentu, justru orang-orang kota yang memelihara ayam kampung sangat tak acuh terhadap ayamnya.
 
  sukses selalu para Anda yang usaha peternakan...

 
 


 

0 komentar:

Post a Comment