Sebenarnya
banyak sekali ide-ide bisnis/usaha rumahan bahkan bisa buat usaha
sampingan yang bikin kita sukses. Tapi kali ini Rumah Peternakan akan
mengulas tentang usaha rumahan atau usaha sampingan di bidang peternakan
ayam kampung, usaha peternakan ayam kampung sangat menjanjikan dan
dalam pengurusan dapat juga dijadikan usaha sampingan/rumahan.
Ayam kampung perlu dipelajari dan diketahui cara-cara pemeliharaannya yang baik dan benar. Dengan pemeliharaan yang baik dan benar, ternak yang dipelihara akan tumbuh optimal sesuai harapan. Ternak pun dapat hidup dan berproduksi dengan baik sesuai dengan perawatan dan pemeliharaan yang diberikan oleh peternak.
Ayam kampung perlu dipelajari dan diketahui cara-cara pemeliharaannya yang baik dan benar. Dengan pemeliharaan yang baik dan benar, ternak yang dipelihara akan tumbuh optimal sesuai harapan. Ternak pun dapat hidup dan berproduksi dengan baik sesuai dengan perawatan dan pemeliharaan yang diberikan oleh peternak.
Sistem Pemeliharaan Ayam Kampung
di bidang peternakan dikenal tiga
sistem pemeliharaan sebagai berikut:
- Sistem pemeliharaan ekstensif
Pada cara ini tidak ada campur tangan manusia sebagai
pemiliknya. Ternak hanya dilepas begitu saja dan akan datang sendiri di malam
hari. Pemilik tidak memberikan apa-apa dan mengambil ternaknya ketika ia butuh
uang atau bila ada niat hajatan. Ternak memberikan imbalan yang besar kepada
pemiliknya, tetapi pemilik tidak sedikit pun memberikan perhatian pada
ternaknya. Cara ini banyak ditemukan di negara-negara yang peternakan dan
pengetahuan peternakan belum maju. Di Indonesia, cara ini banyak dilakukan oleh
peternakan-peternakan rakyat.
Cara ini di sebut sebagai cara tradisional, yaitu ayam
dilepas bebas untuk berkeliaran di kebun-kebun sekitar rumah. Ayam kampung yang
dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi dan menghemat
biaya makanan. Umumnya ayam cukup diberi makan pagi saat akan dilepas. Makanan
tersebut berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya. Selebihnya,
ayam di anggap dapat mencari makan sendiri di sekitar rumah. Kelemahan cara
pemeliharaan ini di antaranya ayam lambat untuk berkembang lebih banyak karena
tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi, waktu mengasuh terlalu
lama yang berarti mengurangi produktivitas, kendala akan keberadaan ayam
kurang sehingga persentase kemungkinan di mangsa predator maupun hilang lebih
tinggi. Cara pemeliharaan ini mengakibatkan ternak kurang produktif.
- Sistem Semiintensif
Sistem ini sudah mulai ada campur tangan pemeliharaan.
Pemeliharaan sudah memulai menerapkan pengetahuannya untuk meningkatkan
produksi ternak. Akan tetapi, ternak masih dilepas. Hanya saja, ternak tidak
sebebas pada sistem pemeliharaan ekstensif.
- Sistem intensif
Sistem ini sudah mulai ada campur tangan pemeliharaan.
Pemeliharaan sudah memulai menerapkan pengetahuannya untuk meningkatkan
produksi ternak. Akan tetapi, ternak masih dilepas. Hanya saja, ternak tidak
sebebas pada sistem pemeliharaan ekstensif.
Sistem Intensif
Pada sistem ini, campur tangan manusia sepenuhnya sangat
berperan dalam kehidupan ternak. Mulai dari ternak kecil hingga apkir serta
mulai dari kebutuhan yang paling kecil hingga yang terbesar semuanya melibatkan
campur tangan manusia. Ciri-ciri dari cara ini adalah diperlukan modal tambahan
dan pengetahuan, tetapi hasil yang diperoleh jauh lebih baik dan memuaskan
daripada sistem pemeliharaan ekstensif.
Ayam kampung yang dipelihara secara intensif dapat berproduksi
sekitar 112 butir/ tahun atau sekitar 30,9% dan umur dewasa kelamin 148 hari
(Direktorat Jendral Peternakan, 2006). Ayam buras dengan produksi telur selama
12 minggu sebesar 43,24% hen-day, jumlah telur 36,32 butir/ekor, bobot telur 30
g/butir dan rata-rata bobot telur sebesar 40 gram/butir (Zainudin et al., 2005).
Ketiga cara pemeliharaan ayam kampung tersebut telah
diterapkan Indonesia. Banyak desa yang melakukan cara pertama, tetapi ada pula
yang menerapkan cara kedua. Cara ketiga juga ada yang menerapkan. Penerapan
cara pertama pada ayam kampung tidak hanya terjadi di negara kita saja. Di
afrika, banyak pula yang melakukan cara pemeliharaan pertama dan kedua untuk
ayam setengah liar. Desa-desa di inggris, ada pula yang menerapkan cara kedua
(semiintensif) untuk ayam setengah liar. Cara pemeliharaan semiintensif memang
gencar diperkenalkan di desa-desa oleh
para penyuluh lapang peternakan. Setiap ada kesempatan untuk praktik di desa,
para mahasiswa dari fakultas peternakan atau fakultas kedokteran veteriner
selalu memperkenalkan cara semiintensif ini. Mereka menyadarkan pemilik ayam
kampung agar juga memperhatikan nasib ayam kampungnya. Walaupun itu hanya
sekedar memberikan pecahan beras (menir) dan membawa ayamnya ke mantri hewan
untuk di vaksin tetelo gratis. Cara-cara pemeliharaan yang lebih baik dan
didukung dengan program seleksi yang baik, juga diperkenalkan oleh para
penyuluh kepada penduduk desa.
Sebelum diuraikan tentang pemeliharaan yang selayaknya
dilakukan untuk ayam kampung, akan dilihat terlebih dahulu tentang pemeliharaan
yang ada kini.
Pemeliharaan ayam kampung yang seadanya di desa memang
berlatar belakang sosial dan kurangnya pengetahuan masyarakat desa itu sendiri.
Siapa pun sulit berkilah, bila kehidupan mereka di desa memang sederhana. Hal
ini sudah dapat di duga bahwa perhatiannya terhadap ternak yang di peliharaannya
juga kurang. Kecuali, bila mereka sudah menyadari benar bahwa ayam kampung yang
dipeliharanya benar-benar mempunyai fungsi sebagai tabungan bagi mereka. Alasan
inilah yang sering dijadikan titik tolak perbaikan sistem pemeliharaan ayam
kampung bagi para penyuluh di desa-desa. Kadang kala mereka terlalu berlebihan
memperhatikan ternak peliharaannya dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Ayam kampung dapat tidur di sembarang tempat pada areal
rumah pemiliknya seperti di bawah pohon, bertengger di dahan, di dapur, atau di
gudang. Pagi hari ayam kampung beranjak dari tempat tidurnya, lalu pergi
mencari makan sendiri. Berupa nasi, serangga, rurumputan, batu kecil, dan
lain-lain. Sore harinya ayam pulang ke rumah pemilik dan berputar-putar dahulu
mencari tempat berteduh. Begitulah terus-menerus hingga ayam itu bertelur atau
di jual oleh pemiliknya.cara demikian sangat banyak dilakukan di desa-desa.
Perhatian sedikit diberikan ketika ayam kampung itu bertelur atau sewaktu
memelihara anaknya. Di sini pemeliharaan yang tak acuh terhadap ayamnya,
memberikan tempat untuk ayam kampungnya bertelur. Ketika anak ayam sudah
menetas, diberikan menir ala kadarnya. Setelah itu, pemilik kembali acuh tak acuh dan tidak memperhatikan lagi. Memang
orang-orang yang memakai cara pemeliharaan demikian mulai memperhatikan ayam
kampung yang dipeliharanya ketika ayam
itu sudah menunjukkan hasil, yaitu di saat bertelur atau menetas. Dengan
demikian, si pemilik merasa ada manfaat memelihara ayam kampung. Alasan inilah
yang dijadikan dasar kuat untuk menyadarkan pemilik ayam kampung yang tak acuh
terhadap ayamnya. Dengan mengajukan manfaat-manfaat secara ekonomis bagi
kehidupan pemilik, penyuluh-penyuluh banyak memperoleh kemajuan untuk
meningkatkan kesadaran pemilik.
Sedikit berbeda dari cara pertama tadi, pada cara kedua ini
sudah ada perhatian pemilik. Pada umumnya mereka yang memakai cara ini sudah
menyadari benar manfaat ayamnya sebagai penolong di kala membutuhkan uang. Pada
cara ini pemilik setiap pagi membuka kandang ayam. Sementara itu, menir atau
dedak (bekatul) ditaburkan di tempat makan. Setelah itu, ayamnya di biarkan
berjalan-jalan di sekitar rumah. Siang hari kembali ayam itu diberi makan
menir,dedak atau bekatul. Malam hari kandang di tutup dan jumlah ayam yang ada
di hitung. Di sini sudah ada usaha untuk membuat kandang sehingga ayam tidak
bermalam di sembarang tempat.
Kadang kala, gudang yang tak ter pakai dijadikan kandang.
Walaupun belum memenuhi syarat kandang yang baik, tetapi sudah ada perhatian dan
usaha menyediakan tempat khusus untuk ayam bermalam. Selain itu, di berika
makanan tambahan, walaupun hanya sekedar menir atau dedak.
Cara pemeliharaan semacam ini banyak dilakukan oleh peternak
yang tingkat ekonomi dan pengetahuannya relatif agak tinggi, terutama di
daerah-daerah pantai utara pulau jawa dan di tapanuli, sumatra utara. Peternak
yang memakai cara pemeliharaan ini membawa ayamnya ke mantri hewan untuk di
vaksin tetelo. Cara ini juga banyak diterapkan di kota-kota. Ayam kampung yang
dipelihara di kota memang tidak di berikan makanan secara khusus seperti halnya
ayam yang dipelihara di desa. Ayam kampung tersebut dapat memakan sia-sia, bila
dipelihara di perkotaan, tersebut di biarkan untuk mencari makanan di
tempat-tempat sampah. Dalam keadaan tertentu, justru orang-orang kota yang
memelihara ayam kampung sangat tak acuh terhadap ayamnya.
sukses selalu para Anda yang usaha peternakan...
0 komentar:
Post a Comment