Saturday 22 February 2014

IDE BISNIS RUMAHAN YANG SUKSES

Sebenarnya banyak sekali ide-ide bisnis/usaha rumahan bahkan bisa  buat usaha sampingan yang bikin kita sukses. Tapi kali ini Rumah Peternakan akan mengulas tentang usaha rumahan atau usaha sampingan di bidang peternakan ayam kampung, usaha peternakan ayam kampung sangat menjanjikan dan dalam pengurusan dapat juga dijadikan usaha sampingan/rumahan.
Ayam kampung perlu dipelajari dan diketahui cara-cara pemeliharaannya yang baik dan benar. Dengan pemeliharaan yang baik dan benar, ternak yang dipelihara akan tumbuh optimal sesuai harapan. Ternak pun dapat hidup dan berproduksi dengan baik sesuai dengan perawatan dan pemeliharaan yang diberikan oleh peternak.

Sistem Pemeliharaan Ayam Kampung



di bidang peternakan dikenal tiga sistem pemeliharaan sebagai berikut:

  • Sistem pemeliharaan ekstensif
Pada cara ini tidak ada campur tangan manusia sebagai pemiliknya. Ternak hanya dilepas begitu saja dan akan datang sendiri di malam hari. Pemilik tidak memberikan apa-apa dan mengambil ternaknya ketika ia butuh uang atau bila ada niat hajatan. Ternak memberikan imbalan yang besar kepada pemiliknya, tetapi pemilik tidak sedikit pun memberikan perhatian pada ternaknya. Cara ini banyak ditemukan di negara-negara yang peternakan dan pengetahuan peternakan belum maju. Di Indonesia, cara ini banyak dilakukan oleh peternakan-peternakan rakyat.
Cara ini di sebut sebagai cara tradisional, yaitu ayam dilepas bebas untuk berkeliaran di kebun-kebun sekitar rumah. Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya mempunyai tingkat kekebalan yang tinggi dan menghemat biaya makanan. Umumnya ayam cukup diberi makan pagi saat akan dilepas. Makanan tersebut berupa sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya. Selebihnya, ayam di anggap dapat mencari makan sendiri di sekitar rumah. Kelemahan cara pemeliharaan ini di antaranya ayam lambat untuk berkembang lebih banyak karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih tinggi, waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi produktivitas, kendala akan keberadaan ayam kurang sehingga persentase kemungkinan di mangsa predator maupun hilang lebih tinggi. Cara pemeliharaan ini mengakibatkan ternak kurang produktif.
  • Sistem Semiintensif
 Sistem ini sudah mulai ada campur tangan pemeliharaan. Pemeliharaan sudah memulai menerapkan pengetahuannya untuk meningkatkan produksi ternak. Akan tetapi, ternak masih dilepas. Hanya saja, ternak tidak sebebas pada sistem pemeliharaan ekstensif.
  • Sistem intensif
Sistem ini sudah mulai ada campur tangan pemeliharaan. Pemeliharaan sudah memulai menerapkan pengetahuannya untuk meningkatkan produksi ternak. Akan tetapi, ternak masih dilepas. Hanya saja, ternak tidak sebebas pada sistem pemeliharaan ekstensif.
Sistem Intensif
Pada sistem ini, campur tangan manusia sepenuhnya sangat berperan dalam kehidupan ternak. Mulai dari ternak kecil hingga apkir serta mulai dari kebutuhan yang paling kecil hingga yang terbesar semuanya melibatkan campur tangan manusia. Ciri-ciri dari cara ini adalah diperlukan modal tambahan dan pengetahuan, tetapi hasil yang diperoleh jauh lebih baik dan memuaskan daripada sistem pemeliharaan ekstensif.
Ayam kampung yang dipelihara secara intensif dapat berproduksi sekitar 112 butir/ tahun atau sekitar 30,9% dan umur dewasa kelamin 148 hari (Direktorat Jendral Peternakan, 2006). Ayam buras dengan produksi telur selama 12 minggu sebesar 43,24% hen-day, jumlah telur 36,32 butir/ekor, bobot telur 30 g/butir dan rata-rata bobot telur sebesar 40 gram/butir (Zainudin et al., 2005).
Ketiga cara pemeliharaan ayam kampung tersebut telah diterapkan Indonesia. Banyak desa yang melakukan cara pertama, tetapi ada pula yang menerapkan cara kedua. Cara ketiga juga ada yang menerapkan. Penerapan cara pertama pada ayam kampung tidak hanya terjadi di negara kita saja. Di afrika, banyak pula yang melakukan cara pemeliharaan pertama dan kedua untuk ayam setengah liar. Desa-desa di inggris, ada pula yang menerapkan cara kedua (semiintensif) untuk ayam setengah liar. Cara pemeliharaan semiintensif memang gencar  diperkenalkan di desa-desa oleh para penyuluh lapang peternakan. Setiap ada kesempatan untuk praktik di desa, para mahasiswa dari fakultas peternakan atau fakultas kedokteran veteriner selalu memperkenalkan cara semiintensif ini. Mereka menyadarkan pemilik ayam kampung agar juga memperhatikan nasib ayam kampungnya. Walaupun itu hanya sekedar memberikan pecahan beras (menir) dan membawa ayamnya ke mantri hewan untuk di vaksin tetelo gratis. Cara-cara pemeliharaan yang lebih baik dan didukung dengan program seleksi yang baik, juga diperkenalkan oleh para penyuluh kepada penduduk desa.
Sebelum diuraikan tentang pemeliharaan yang selayaknya dilakukan untuk ayam kampung, akan dilihat terlebih dahulu tentang pemeliharaan yang ada kini.
Pemeliharaan ayam kampung yang seadanya di desa memang berlatar belakang sosial dan kurangnya pengetahuan masyarakat desa itu sendiri. Siapa pun sulit berkilah, bila kehidupan mereka di desa memang sederhana. Hal ini sudah dapat di duga bahwa perhatiannya terhadap ternak yang di peliharaannya juga kurang. Kecuali, bila mereka sudah menyadari benar bahwa ayam kampung yang dipeliharanya benar-benar mempunyai fungsi sebagai tabungan bagi mereka. Alasan inilah yang sering dijadikan titik tolak perbaikan sistem pemeliharaan ayam kampung bagi para penyuluh di desa-desa. Kadang kala mereka terlalu berlebihan memperhatikan ternak peliharaannya dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Ayam kampung dapat tidur di sembarang tempat pada areal rumah pemiliknya seperti di bawah pohon, bertengger di dahan, di dapur, atau di gudang. Pagi hari ayam kampung beranjak dari tempat tidurnya, lalu pergi mencari makan sendiri. Berupa nasi, serangga, rurumputan, batu kecil, dan lain-lain. Sore harinya ayam pulang ke rumah pemilik dan berputar-putar dahulu mencari tempat berteduh. Begitulah terus-menerus hingga ayam itu bertelur atau di jual oleh pemiliknya.cara demikian sangat banyak dilakukan di desa-desa. Perhatian sedikit diberikan ketika ayam kampung itu bertelur atau sewaktu memelihara anaknya. Di sini pemeliharaan yang tak acuh terhadap ayamnya, memberikan tempat untuk ayam kampungnya bertelur. Ketika anak ayam sudah menetas, diberikan menir ala kadarnya. Setelah itu, pemilik kembali acuh tak acuh  dan tidak memperhatikan lagi. Memang orang-orang yang memakai cara pemeliharaan demikian mulai memperhatikan ayam kampung yang  dipeliharanya ketika ayam itu sudah menunjukkan hasil, yaitu di saat bertelur atau menetas. Dengan demikian, si pemilik merasa ada manfaat memelihara ayam kampung. Alasan inilah yang dijadikan dasar kuat untuk menyadarkan pemilik ayam kampung yang tak acuh terhadap ayamnya. Dengan mengajukan manfaat-manfaat secara ekonomis bagi kehidupan pemilik, penyuluh-penyuluh banyak memperoleh kemajuan untuk meningkatkan kesadaran pemilik.
Sedikit berbeda dari cara pertama tadi, pada cara kedua ini sudah ada perhatian pemilik. Pada umumnya mereka yang memakai cara ini sudah menyadari benar manfaat ayamnya sebagai penolong di kala membutuhkan uang. Pada cara ini pemilik setiap pagi membuka kandang ayam. Sementara itu, menir atau dedak (bekatul) ditaburkan di tempat makan. Setelah itu, ayamnya di biarkan berjalan-jalan di sekitar rumah. Siang hari kembali ayam itu diberi makan menir,dedak atau bekatul. Malam hari kandang di tutup dan jumlah ayam yang ada di hitung. Di sini sudah ada usaha untuk membuat kandang sehingga ayam tidak bermalam di sembarang tempat.
Kadang kala, gudang yang tak ter pakai dijadikan kandang. Walaupun belum memenuhi syarat kandang yang baik, tetapi sudah ada perhatian dan usaha menyediakan tempat khusus untuk ayam bermalam. Selain itu, di berika makanan tambahan, walaupun hanya sekedar menir atau dedak.
Cara pemeliharaan semacam ini banyak dilakukan oleh peternak yang tingkat ekonomi dan pengetahuannya relatif agak tinggi, terutama di daerah-daerah pantai utara pulau jawa dan di tapanuli, sumatra utara. Peternak yang memakai cara pemeliharaan ini membawa ayamnya ke mantri hewan untuk di vaksin tetelo. Cara ini juga banyak diterapkan di kota-kota. Ayam kampung yang dipelihara di kota memang tidak di berikan makanan secara khusus seperti halnya ayam yang dipelihara di desa. Ayam kampung tersebut dapat memakan sia-sia, bila dipelihara di perkotaan, tersebut di biarkan untuk mencari makanan di tempat-tempat sampah. Dalam keadaan tertentu, justru orang-orang kota yang memelihara ayam kampung sangat tak acuh terhadap ayamnya.
 
  sukses selalu para Anda yang usaha peternakan...

 
 


 

Saturday 15 February 2014

CARA MEMULAI BISNIS

Perancangan Tenaga Kerja

Langkah selanjutnya meneruskan dari Cara Memulai Usaha Ternak Ayam Kampung adalah merancang tenaga kerja. Masalah ini menjadi penting karena dalam peraktik sehari-hari ternyata lebih sulit mengatur tenaga kerja dari pada mengatur ayam peliharaan. Lebih-lebih jika prinsip-prinsip manajemen peternakan tidak di terapkan dengan baik. 
Mengenai masalah tenaga kerja, ada dua pegangan yang mendasarinya, yaitu jumlah ayam kampung dan diri Anda sendiri sebagai peternak. Dengan kaitan dengan jumlah ayam, perlu diketahui bahwa peternakan ayam tidak menggunakan sistem padat karya, sekalipun cara manual yang di terapkan. Untuk cara manual, bila jumlah ayam yang di pelihara berkisar 150 ekor ke bawah, ayam dewasa yang produktif cukup di pegang oleh satu orang saja, baik untuk produksi maupun untuk kegiatan kandang. Dengan memakai cara kerja rotasi, satu orang cukup untuk menangani anak ayam dan ayam remaja. Bila jumlah ayam kampung yang Anda pelihara berupa 40 ekor anak ayam, 60 ekor ayam remaja, dan 90 ekor dewasa produktif, satu peria dewasa sudah cukup untuk tugas produksi. Hal ini karena kesibukan di peternakan bersifat temporer atau da sibuk di kala memberi pakan dan mengumpulkan telur. Selebihnya  hanya digunakan untuk membersihkan kandang dan lingkungan kandang mengawasi kesehatan, dan lain-lain. Sementara itu, untuk tugas penjualan, administrasi umum, dan persiapan bahan baku kandang, dilakukan oleh Anda sendiri. Jadi, dua orang pekerja meliputi Anda  dan satu tenaga kerja sudah cukup untuk menangani ayam dengan jumlah tersebut. Hal yang penting adalah bagaimana kelak Anda dapat mengatur waktu kerja  dan merancang tata kerja, bukan pada jumlah personalnya. Jumlah yang demikian itu mungkin kurang bila Anda merancang tata kerja yang mandiri hingga tingkat  penjualan. Di sinilah diperlukan tata kerja sesuai situasi dan kondisinya. Beberapa prinsip dasar akan di jelaskan sebagai berikut.
pertama, yang perlu dilihat adalah diri Anda sebagai peternak atau hanya sebagai pemilik saja. Hal ini kembali lagi pada tujuan beternak semula. Bila yang di kehendaki adalah sebagai peternak atau ingin terjun langsung mengelola peternakan, untuk itu, tingkatkan keterampilan dan pengetahuan diri yang masih kurang. Hal itu dapat dilakukan setelah niat beternak mulai tertanam. Akan tetapi,  bila hanya ingin sebagai pemilik, harus mempersiapkan orang yang dapat diterima sebagai wakil Anda dalam mengelola peternakan itu. Artinya ada orang lain yang akan di ambil atau kelak digaji untuk mengelola peternakan. Hal itu akan efisien bila jumlah ayam kampung dan aktivitas usaha Anda  luas dan besar. Bila usaha peternakan kecil dan hanya aktivitas produksi saja, sebaiknya Anda sendiri yang mengelola semua itu berpulang pada tujuan Anda beternak. Oleh karena itu, penentuan tujuan penting sekali dilakukan. Bila tujuan itu adalah komersial atau "asap dapur" dan Anda tergantung pada peternakan mungkin awalnya dimulai dari kecil dahulu. Awal yang kecil bila dikelola secara propesional dengan penerapan prinsip-prinsip bisnis dan manajemen, kelak akan menjadi besar.
Kedua, yang perlu dipertimbangkan adalah peran dan aktivitas peternakan, hanya produksi saja atau aktivitas  secara lengkap. Lengkap yang dimaksud  adalah dimulai dari membuat rensum, produksi kandang, dan pascaproduksi dilakukan sendiri. Dengan kata lain, jumlah tenaga kerja tergantung pada besar atau kecilnya aktivitas. Meskipun jumlah ayam kampung yang dipelihara ribuan, tetapi bila hanya aktivitas  produksi kandang saja, tidak banyak tenaga kerja yang terlibat. Jika ransum yang di gunakan ransum beli jadi serta pemberian ransum dan minum juga otomatis, yang dilakukan pekerja hanya membersihkan areal kandang sebagai tugas rutin dan mengawasi kesehatan, serta mengumpulkan telur. Untuk pekerjaan seperti itu, satu peria dewasa mampu memegang 6.000 ekor ayam kampung dewasa produktif. Jumlah ayam bukan sebagai ukuran untuk menentukan tenaga kerja yang akan digunakan. Jadi, sebelum peternakan di buka, sudah ditentukan aktivitas peternakan dan cara aktivitas itu diorganisir.
Setelah dua hal itu dipertimbangkan, langkah selanjutnya adalah mengetahui dahulu jenis tenaga kerja yang bisa digunakan oleh banyak peternak di Indonesia. Pertama, tenaga kerja tetap atau karyawan tetap yang sehari-hari mengelola peternakan, ada atau tidak ada yang di kandang. Karyawan tetap ini termasuk diri Anda sendiri atau anggota keluarga yang selalu membantu peternakan atau mengelolanya sehari-hari. Gaji mereka kelak kita masukan ke dalam biaya tetap peternakan. Berhati-hatilah dalam mengangkat tenaga tetapi ini karena ini ada atau tidak ada produksi, gaji harus tetap di bayar. Umumnya, mereka ini adalah tenaga pengelola inti untuk wakil Anda bila Anda hanya bertindak sebagai pemilik dan jumlah ayam yang dipelihara tidak banyak. Selain itu, ada tenaga kerja tidak tetap yang biasanya dikenal dengan buruh harian. Upah mereka di hitung hari per hari. Tidak masuk sehari, upahnya akan di potong. Mereka dibayar dalam hitungan hari walaupun upahnya kelak dibayar tiap akhir pekan.
Untuk yang terakhir ini, dibagilagi dengan tenaga borongan atau kerja kontrak kerja. Umumnya, buruh harian digunakan untuk pekerjaan kasar yang bersifat temporer.
Karena umumnya peternakan mempunyai sifat fluktuatif dalam produksi dan pemasaran, sistem buruh harian inilah yang ternyata lebih mendominasi jumlah tenaga kerja di suatu peternakan ayam. Bila suatu saat pasaran lesu dan aktivitas dikurangi, dengan mudah mereka diberhentikan karena memang perjanjiannya sebagai buruh harian.

Saturday 8 February 2014

PANDUAN PEMBUATAN KANDANG AYAM YANG BAIK

Pada kesempatan ini Rumah Peternakan akan menjelaskan tentang pemilihan sistem kandang ayam yang baik melanjutkan dari sebelumnya tentang cara memulai usaha ternak ayam kampung.

Sistem Kandang Alas Litter Seumur Hidup

Sistem kandang dapat berupa kandang besar seperti kandang ayam broiler, kandang susun, atau kandang panggung. Kandang merupakan tempat ayam berada selama seumur hidup, mulai dari anak ayam hingga masa bertelur. Semakin bertambah usia ayam, kepadatan kandang semakin diperluas sesuai pertumbuhannya. Kandang sistem ini tidak mempergunakan kandang khusus anak ayam. Kandang dibangun, dibersihkan, lalu dipersiapkan peralatannya. Masa awal sudah dapat dimulai dengan masuknya anak ayam. sistem ini umumnya digunakan untuk beternak secara intensif yang dilakukan pada peternakan ayam broiler. Variasi dari sistem kandang ini adalah sistem kandang berhalaman. Dengan menggunakan sistem kandang ini, harus di siapkan halaman di tiap kelompok, bukan di tiap kandang. Setiap kelompok yang terdiri dari dua kandang, cukup disediakan  satu halaman di bagian depan muka tiap kandang yang menyatu.
Sistem halaman seperti ini umumnya untuk ayam kampung hias dan kegemaran, seperti ayam pelung, ayam bangkok, dan ayam bekisar, atau ayam kampung super. Kandang dengan sendirinya berfungsi untuk tempat beristirahat dan bertelur apabila tiba saatnya. Sistem halaman ini emang efektif ketika ayam memasuki usia dewasa atau sekitar 2,5 bulan. Kelebihan menggunakan sistem kandang litter  seumur hidup adalah memberikan keleluasaan ayam beraktivitas, khususnya pada kandang berhalaman. Sistem pemeliharaan seperti ini juga lebih tepat diterapkan dengan ayam kampung komersial, khususnya ayam kampung pedaging. Akan tetapi, kelemahan dari sistem kandang ini adalah membutuhkan areal yang luas, terlebih lagi pada sistem kandang berhalaman.

Sistem kandang kotak cage

Kandang kotak cage dapat dibuat dari kawat atau bambu. Apabila menggunakan sistem kandang ini, harus disiapkan pula kandang anak ayam terlebih dahulu. Ayam-ayam tersebut di masukan ke dalam kotak-kotak cage setelah lepas masa remaja. Kandang yang di bangun hanya untuk melindungi kotak-kotak cage tersebut. Fungsi kandang ini hampir sama dengan kandang ayam ras petelur. Pembangunan kandang  tidak begitu penting, yang terpenting adalah menyiapkan pemeliharaan anak ayam dan ayam remaja. Kandang dapat di buat sederhana dengan tiang dari balok dan atap dari genting. dindingnya dapat menggunakan kawat atau bilah babu agar binatang-binatang penyebar penyakit seperti burung gereja, tikus, dan siput tidak dapat masuk.
Keuntungan menggunakan sistem kandang kotak cage adalah dapat menghemat luas areal tanah. Sistem kandang kotak cage dapat menampung ayam peliharaan dengan jumlah lebih banyak dibandingkan dengan sistem kandang litter dengan luas area yang sama. Namun, biaya investasi yang dikeluarkan lebih besar karena harus membuat kandang anak ayam, kotak-kotak cage, dan kandang pelindung kandang cage.
Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem kandang, akan memudahkan menentukan sistem kandang yang paling tepat. Penentuan sistem itu kelak akan menentukan peralatan dan modal kerja yang harus di persiapkan. Salah satunya dapat dipilih untuk dipergunakan, sesuai situasi dan kondisi di peternakan atau lokasi peternakan itu akan di buka. Perlu di ketahui bahwa kandang tingkat dapat juga beralasan litter dan dapat di buat hingga tiga tingkat. Per unit dengan tiga tingkat dapat menjadi satu kelompok. Cara seperti itu dapat dipergunakan untuk peternakan ayam sekala kecil sampai menegah di pinggiran kota dan pedesaan dengan areal tanah terbatas. Umumnya mereka mengombinasikannya dengan sistem halaman.
Selanjutnya, yang perlu di rancang sebelum kandang di bangun adalah bahan bangunan pembuat kandang. Ada dua pertimbangan untuk itu, yaitu dibuat dengan biaya murah yang tahan lama, kecuali bila di seratkan bahan-bahan kimia pembantu. Jadi, pilihan sesuai dengan tujuan beternak. Bahan yang baik memang lebih mahal, tetapi tahan lama dan nlai baliknya menjadi lebih bermanfaat karena kandang dapat dipergunakan berkali-kali. Usaha peternakan ayam kampung yang masa produksinya dapat mencapai 1,5 tahun, belum mencapai titik impas bila hanya dua atau tiga kali masa produksi, apalagi dalam situasi pasaran lesu dan jumlah yang dipelihara kecil pula.
Bahan bangunan yang murah memang menyebabkan kandang yang di idamkan cepat terwujud. Akan tetapi, perlu di ingat bahwa kandang sederhana tidak identik dengan murahan. Hal yang penting adalah memilih bahan dan membangun kandang sesuai tujuan beternak ayam kampung.

Saturday 1 February 2014

CARA MEMULAI USAHA TERNAK AYAM KAMPUNG

 Persiapan Beternak

Beternak merupakan suatu kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan sehingga mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Beternak dapat mempunyai arti dengan membuka usaha, yaitu menanamkan sejumlah uang disertai pengorbanan lain yang dikeluarkan selain uang tersebut. Olehh karena itu, diperlukan suatu persiapan yang tepat sebelum beternak agar usaha ini tidak kandas di tengah jalan.

Tujuan Beternak Ayam Kampung

Beternak ayam kampung merupakan suatu bentuk aktivitas pengelolaan untuk memperoleh manfaat dari ayam kampung sebagai sasarannya. Usaha peternakan merupakan suatu tindakan beternak dengan menerapkan prinsip-prinsip usaha. Dalam setiap usaha, begitu pun usaha peternakan ayam kampung, diperlukan suatu penetapan tujuan terlebih dahulu.
Suatu usaha agribisnis seperti peternakan  harus mempunyai tujuan. Tujuan ini berguna sebagai evaluasi kegiatan yang dilakukan selama beternak, baik itu salah atau benar. Contoh tujuan peternakan adalah tujuan komersial, yaitu sebagai cara memperoleh keuntungan. Bila tujuan ini yang di tetapkan, segala prinsip ekonomi perusahaan baik ekonomi mikro dan makro, konsep akuntansi, dan manajemen harus diterapkan. Namun, apabila peternakan dibuka untuk tujuan pemanfaatan sumber daya, misalnya tanah atau untuk mengisi waktu luang, tujuan utama bukanlah merupakan aspek komersial, tetapi harus tetap mengharapkan modal yang ditanamkan dapat kembali.
Dalam beternak ayam kampung, perlu dipersiapkan beberapa hal, di antaranya adalah penetapan tujuan beternak, seperti beternak sebagai penghasil daging atau penghasil telur. Penentuan tujuan ini penting karena akan menentukan cara memelihara dan manajemennya, termasuk dalam pemilihan induk. Selain menetukan tujuan komoditas yang akan diproduksi, penentuan maksud beternak juga penting, yaitu beternak hanya sekedar mengisi waktu luang, memanfaatkan tanah yang kosong, atau beternak sebagai sumber penghasilan keluarga.

Untuk Mengisi Waktu Luang

Beternak ayam kampung dengan tujuan untuk mengisi waktu luang banyak dilakukan oleh para pensiunan. Kepuasan dengan melakukan kesibukan di bidang peternakan merupakan manfaat yang dapat diperoleh. Bila beternak hanya untuk mengisi waktu luang maka kepuasan yang dicapai adalah kepuasan mengisi waktu dengan kesibukan sehari-hari mengurus ternak. Kepuasan ini juga merupakan nilai ekonomi yang tidak dapat di ukur secara kuantitatif atau dengan angka. Apabila waktu luang sudah tidak ada lagi akibat sibuk dengan urusan ayam kampung maka saat itulah dikatakan bahwa kegiatan beternak sudah memberikan hasil yang maksimum. Ini setara atau lebih besar dari nilai yang telah dikeluarkan. Selain kepuasan tersebut, beternak juga menambah hasil berupa telur atau anak ayam atau daging walaupun bukan target utama dari beternak tersebut.

Untuk Memanfaatkan Tanah Yang Kosong

Tujuan ini pun banyak dilakukan orang. Umumnya, orang memanfaatkan tanah kosongnya sehingga pajak bumi dan bangunannya dapat di bayar dari hasil beternak. Aktivitas beternak tersebut juga dapat menghindari penyerobotan tanah.

Untuk Mendapatkan Keuntungan (Mencari Nafkah)

Bila tujuan ini sudah ditetapkan, usaha peternakan ayam kampung yang dijalankan akan menerapkan kaidah-kidah usaha. Keuntungan berupa ekonomi merupakan target utama yang harus dihasilkan. Kepuasan peternak akan ditentukan dengan banyaknya nilai ekonomi yang dihasilkan dari peternakan yang dijalankan. Beternak ayam kampung untuk mendapatkan keuntungan harus jelas dalam menjalankannya sebab ada kaitannya degan pengelolaan keuangan.

Penentuan Lokasi

Langkah selanjutnya setelah niat untuk beternak ditentukan adalah menentukan lokasi. Penentuan lokasi penting dilakukan karena usaha peternakan memerlukan suatu areal khusus karena sifat dan kondisi fisiologis yang menentukan demikian.
Besar atau kecilnya usaha peternakan ayam kampung tetap membutuhkan suatu lokasi agar benar-benar membawa manfaat buat peternak. Bila memelihara satu atau dua ekor memang tidak menjadi masalah, tetapi bila sudah puluhan atau ratusan ekor tentu harus dipikirkan suatu lokasi yang tepat. Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan sebelum memilih lokasi peternakan ayam.
Ayam kampung seperti unggas pada umumnya, apabila dipelihara dalam jumlah besar, menimbulkan gangguan pada lingkungan sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa suara ayam, kotoran ayam, pakan, serta lalulintas pengangkutan produksi dan sarana produksi. Lingkungan juga dapat berdampak buruk bagi ayam itu sendiri. Misalnya, berperan dalam perpindahan penyakit yang dapat memusnahkan seluruh ayam yang ada. Faktor kedua inilah yang menyebabkan lokasi peternakan tidak boleh terlalu dekat dengan keramaian masyarakat. Selain itu, masyarakat yang berada di sekitar dapat pula menyebabkan gangguan keamanan peternak.
Syarat-syarat lokasi yang dipilih dalam beternak ayam kampung adalah sebagai berikut.
  1. Lokasi peternakan tidak jauh dari daerah pemasaran hasil dan atau tidak jauh dari tempat pengadaan faktor produksi. Apabila keduanya tidak dapat di peroleh secara bersamaan maka yang diutamakan adalah dekat dengan lokasi pengadaan faktor produksi. Apabila jauh dengan pemasaran, ada kemungkinan pembeli mengambil sendiri ke lokasi peternakan atau pengumpul yang akan datang ke peternakan.
  2. Lokasi peternakan hendaknya jauh dari keramaian, tetapi ada jalur transportasi dan komunikasi. Lokasi yag memenuhi persyaratan ini yait daerah di pinggiran kota atau di desa-desa. Keramaian akan mengganggu ternak dan sebaliknya. Sementara itu, jalur transportasi berguna untuk memudahkan pemasaran hasil dan penyediaan faktor produksi.
  3. Lokasi peternakan hendaknya memperhatikan tata guna tanah dari pemerintah daerah setempat, terutama untuk peternakan yang akan berlangsung lama. Penentuan tata lokasi ini diperlukan karena suatu kawasan akan terus berkembang sesuai dengan peruntukannya. Lokasi peternakan yang dipilih, peruntukan ke depannya bukan sebagai pusat perkantoran atau permukiman penduduk. Namun, apabila peternak hanya sekedar untuk memanfaatkan tanah kosong sambil menunggu harga tanah naik, hal tersebut tidak perlu terlalu diperhatikan.
  4. Lokasi peternakan hendaknya mempunyai fasilitas fisik yang memadai, di antaranya cukup air, tidak di bawah lembah atau bukit, dan mempunyai masa depan sebagai lokasi agribisnis yang baik.
Penentuan lokasi tersebut sangat diperlukan apabila usaha peternakan benar-benar akan dijadikan bisnis yang diharapkan dapat terus berkembang. Apabila terdapat banyak alternatif pilihan lokasi, peternak perlu memilih salah satu yang sesuai serta perlu diperhitungkan pula biaya oportunitasnya (oportunity cost). Apabila semua faktor sama-sama dapat mendukung tujuan,dipilih lokasi dengan biaya oportunitas terendah.
Tata letak perkandangan suatu peternakan ayam mempunyai pengaruh terhadap jarak tempuh pekerja kandang dalam bekerja, jarak tempuh yang terlalu panjang akan mengakibatkan turunnya produktivitas pekerja kandang dan meningkatkan pengeluaran biaya tenaga kerja. Semakin pendek jarak tempuh yang di lalui pekerja kandang dalam bekerja, semakin efisien tata letak perkandangan tersebut (Mc Adle, 1992).
Setelah lokasi telah ditentukan, langkah berikutnya adalah merancang kondisi fisik peternakan. Untuk keperluan fisik kandang yang terpenting adalah kandang dan perkandangan. kandang dan perkandangan tersebut harus direncanakan dengan matang agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Dalam membangun kandang dibutuhkan perencanaan produksi. Oleh karena itu, dalam proses perencanaan perlu melihat masalah produksi dan sistem produksi dalam perencanaan lebih dulu.

Sistem Produksi Berkesinambungan

Sistem beternak yang baik dalam suatu peternakan komersial ilah dengan melaksanakan sistem produksi yang berkesinambungan. Sistem produksi berkesinambungan berarti produksi ayam kampung, baik telur maupun ayam hidup tidak terputus. Oleh karena itu, diperlukan beberapa angkatan produksi. Tiap angkatan tersebut sudah dirancng, baik waktu dan jumlah ayamnya agar sesuai dengan pangsa pasar yang tepat. Pembangunan kandang, perkandangan, jumlah ayam yang ada di dalamnya, dan waktu pemeliharaan perlu disesuaikan dengan saat pemasaran yang telah diterima oleh pasar atau yang telah disepakati antara peternak dengan pembeli.
 Sistem produksi tersebut mempunyai dua aspek, yaitu aspek makro dan aspek mikro. Sistem produksi makro berkaitan dengan kandang dan perkandangan. Hal tersebut meliputi cara memelihara yang dibagi atas sistem kandang terkurung seumur hidup, sistem kandang berhalaman, dan sistem kandang swalayan. Selanjutnya, hal yang bertalian dengan kelanggengan produksi dan perkandangan adalah produksi berkesinambungan dan sistem terputus.
Sistem produksi kesinambungan merupakan suatu cara beternak yang menjamin pasokan telur dan ayam hidup secara tetap tanpa terputus. Hal ini sesuai dengan sifat produksi ayam kampung. Hal yang perlu diperhatikan adalah usia pertama pertamakali bertelur, kemampuan produksi total, dan lama istirahat bertelur. Usia apkir menentukan ayam kampung yang sudah dapat dijual. Usia pertamakali bertelur akan menenukan angkatan produksi dan jumlah kandang per angkatan. kemampuan produksi dan lama masa istirahat akan menentukan jumlah ayam yang akan dipelihara. Ciri khas satu klompok kandang adalah semuanya berusia sama. Apabila kondisi permukaan tanah memungkinkan, dalam satu angkatan dapat dimasukan kedalam satu kandang. Akan tetapi, apabila kondisi permukaan tanah tidak memungkinkan, satu kelompok kandang dapat terdiri lebih dari satu kandang, dapat dengan sistem alas liter atau alas kotak cage.
Banyaknya klompok kandang atau angkatan produksi dapat ditentukan dengan melihat usia pertama kali bertelur. Rata-rata ayam kampung bertelur untuk pertama kalinya pada umur 5 bulan. Untuk memperoleh produksi berkesinambungan, harus di buat lima kelompok kandang. Apabila cara ini diterapkan dengan baik dan sesuai, akan diperoleh produksi terus-menerus tanpa ada angkatan yang kosong. Tiap saat ada angkatan yang menghasilkan telur dan adapula yang dijual. Cara seperti ini dapat pula diterapkan dalam peternakan kecil dengan kandang susun per kelompok. banyaknya ayam yang harus dipelihara per angkatan dapat diketahui dari banyaknya daya serap pasar.
Sebelum mulai beternak, peternak harus melakukan riset pasar terlebih dahulu. Jangan sampai terjadi telur dan ayam sudah ada, tetapi belum ada pembeli. Sebelum memulai suatu usaha, harus diketahui besarnya pangsa pasar telur ayam kampung dan ayam kampung hidup yang mungkin dapat dikuasai. Hasil survai tersebut digunakan untuk merancang produksi telur, jumlah ayam yang akan di pelihara, dan kebutuhan luas kandang yang harus disiapkan.
Langkah-langkah oprasional untuk mengetahui pangsa pasar, yaitu melalui riset pasar sederhana yang melipui hal sebagai berikut.
  1. Memperoleh kemampuan beli dari pengecer (dapat berupa pedagang ayam kampung eeran di pasar, restoran masakan padang. atau restoran ayam goreng tradisional yang potensial)
  2. Memperoleh kemampuan beli dari pedagang pengumpul yang rajin berkeliling dari satu peternakan ke peternakan lain.
  3. Memperoleh informasi langsung dari pasar-pasar yang dilakukan oleh peternak sekala menengah dan besar.
Sebagai contoh, suatu peternakan ayam kampung memperoleh permintaan telur ayam kampung sebanyak 450 butir per minggu. Setelah diketahui jumlah permintaan pasar, selanjunya mulai di rancang langkah-langkah yang perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut.
  1. Memperhatikan kemampuan bertelur ayam kampung. Ayam kampung dalam pemeliharaan yang baik mampu bertelur 100 butir/tahun, sedangkan dalam keadaan yang kondisional sekitar 75 butir/tahun. Angka produksi telur tersebut dapat digunakan sebagai dasar perhitungan awal.
  2. Produksi per tahun tersebut kemudian dijadikan produksi telur per minggu. Hasil perhitungan tersebut kemudian menjadi produksi telur per minggu per ekor.
  3. Jumlah permintaan pasar atau bagian yang mampu dijual dibagi dengan produksi telur per minggu per ekor. Hasil yang di peroleh sama dengan jumlah ayam yang harus dipelihara per kelompok. Jumlah tersebut tidak seluruhnya mampu memenuhi permintaan pasar. Oleh karena itu, dibentuk lima kelompok yang sama dan berkesinambungan dengan selisih satu bulan antarkelompok. Dengan demikian, diharapkan tiap bulan terdapat telur ayam kampung yang dapat di jual ke pasar sesuai dengan permintaan.
Setelah itu, dapat juga dirancang jumlah ayam potong setelah masa bertelur menyusut.

Perancangan Kandang

Luas kandang yang dibutuhkan apabila pembuatan kandang memakai sistem lantai litter atau sistem halaman adalah dengan cara membagi jumlah ayam yang dipelihara dengan jumlah ayam per meter  persegi. Namun, apabila memakai sistem kandang kotak (cage) maka luas kandang yang di butuhkan diperoleh dengan cara membagi jumlah ayam yang dipelihara dengan jumlah ayam per kotak. Luas kandang dapat juga diperoleh dengan mengaitkan angka jumlah ayam dengan angka kepadatan kandang. Setelah luas kandang diperoleh, panjang kandang yang di butuhkan dapat di tentukan. Lebar kandang sudah tetap, yaitu 4 pada sistem kandang terkurung, sedangkan untuk sistem lantai cage, lebar kandang perlindunganya maksimal 6 m. luas kandang di tentukan sebagai berikut
lebar x panjang = luas kandang
4 x panjang = luas kandang
panjang = luas kandang/4
Pembangunan kandang berdasarkan ukuran tersebut disesuaikan juga dengan permukaan tanah yang tersedia.Sebagai contoh, tanah yang tersedia sepanjang 20 m. Panjang tanah tersebut kemudian di bagi menjadi dua sehingga diperoleh dua kandang per kelompok dengan panjang kandangnya masing-masing 10 m. Banyaknya kelompok minimal 5 kelompok. Banyaknya kelompok di tentukan oleh pangsa pasar serta ketersediaan tanah. Jarak antarkelompok minimal 6 m. karena adanya perbedaan kelompok usia dengan penempatan tertua di kelompok pertama dan termuda di kelompok terakhir.
Peternakan ayam kampung sekala kecil biasanya mempergunakan kandang susun atau kandang panggung. Lebar kandang maksimal 2,5 m. Antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain di buat celah sekitar 25 cm untuk penampung tinja atau untuk ventilasi kandang alas litter. Cara menghitung kotak untuk kandang beralaskan cage, yaitu dengan melihat kapasitas tampung kotak cage tersebut. Kotak dengan ukuran 30 cm x 40 cm x 55 cm dapat menampung tiga ekor ayam kampung dewasa. Banyaknya kotak cage yang harus di siapkan diperoleh dengan cara jumlah ayam yang dipelihara dibagi tiga.
Setelah perancangan disusun matang, selanjutnya persiapan pembuatan kandang dan perlengkapan. Beberapa pedoman yang perlu di perhatikan dalam pembuatan kandang adalah sebagai berikut
  • Bahan baku yang di gunakan
 Bahan baku yang digunakan dipilih dengan kualitas yang baik. Bahan-bahan dilapisi dengan bahan anti lapuk atau anti rayap agar lebih awet. Bahan untuk tiang kandang cukup bambu, balok dan sejenisnya, tidak perlu memakai beton atau tiang besi. Dinding tiang kandang cukup dari kawat. Atap cukup dari genting biasa yang murah serta cukup kuat.
  • Penempatan kandang
Kandang ditempatkan membujur dari utara ke selatan sehingga sisi kanan dan kiri kandang mengarah ke matahari terbit dan terbenam sehingga sinar matahari pagi dan sore bisa masuk ke dalam kandang. Selain itu, hembusan angin juga dengan bebas dapat masuk ke dalamnya sehingga kelembapan kandang yang sering menjadi masalah di daerah tropis seperti Indonesia dapat diatasi. Indonesia sebagai negara yang berada di khatulistiwa dengan ciri udara panas, tapi lembap. Kelembapan dapat mencapai 90% bahkan lebih di musim hujan. Kandang tersebut yang menyebabkan ayam kampung sering terserang snot atau pilek ayam, berak darah atau berak kapur. Kelembapan semakin bertambah tinggi apabila sinar matahari tidak masuk ke dalam kandang. Hal tersebut dapat menyebabkan berbagai kutu atau parasit lainnya berkembang biak di kandang.Oleh karena itu, sinar matahari pagi dan sore hari harus masuk ke dalam kandang. Bagian memanjang kandang baiknya menghadap ke sinar matahari pagi dan sore hari agar masalah kelembapan kandang terutama di musim hujan dapat teratasi. Arah dan susun kelompok kandang dengan sisi melebar di tempatkan saling berhadapan dan dihubungkan dengan jalan. Apabila ada lima kelompok, empat kelompok bisa saling berhadapan dan satu lagi tepat di ujung jalan penghubung. prinsip tersebut lebih dikenal  dengan prinsip sirip daun dengan harapan memudahkan kerja dan pengawasan seluruh kelompok dengan sekali pandang  dan kemudahan pekerja dalam memasok segala kebutuhan. Dengan demikian, pekerja tidak terlalu lelah dan memungkinkan pencegahan penyebaran penyakit.
  • Lingkungan peternakan
Peternakan ayam kampung khususnya dengan kandang berupa kotak-kotak cage sering menimbulkan bau. Bau tersebut dapat di sebabkan oleh rancangan kandang serta perawatan kebersihan yang tidak di jalankan dengan baik. Bau kotoran yang menusuk tersebut lebih sering terjadi pada pemeliharaan ayam kampung dewasa dengan sistem lantai cage, baik itu yang terbuat dari bambu atau kawat. Kotoran tersebut tertampung di baki kotoran  dan semakin lama semakin banyak. Kotoran tersebut menimbulkan bau serta mengundang lalat masuk ke kandang. Bau kotoran ayam kampung yang dipelihara di atas lantai cage dapat di atasi dengan dua cara. pertama, Membersihkan kotoran minimal sebulan sekali. Kotoran di kumpulkan kemudian di manfaatkan sebagai pupuk organik, atau biogas. Kedua, menaburi kotoran dengan kapur dan tumpukan arang batok di atasnya setiap dua minggu sekali. Kotoran merupakan sumber pendapatan. Selain dapat di jual sebagai pupuk organik, kotoran tersebut dapat di gunakan sebagai biogas. Kandang sebagai alas litter, alas litternya dapat di gunakan sebagai pupuk kandang setelah ayam di apkir. Hal penting selain masalah di atas adalah kebutuhan modal. Bentuk sistem kerja di peternakan  berdasarkan asal modal, di antaranya sebagai berikut
  • Sistem pinjaman dari bank
 Usaha peternakan ayam kampung termasuk usaha yang membutuhkan waktu untuk memperoleh hasil. Hal tersebut karena ayam kampung baru bertelur atau berproduksi rata-rata pada usia lima bulan. Titik impas baru dapat terlihat dalam enam kali masa produksi dengan catatan semuanya lancar. Beberapa hal yang harus di pertimbangkan adalah masa pengambilan, masa tenggangnya, masa cicilan bunga, dan utangnya.
  • Sistem kerja sama
Sistem kerja sama, peternak yang memiliki pengetahuan dan keterampilan beternak ayam kampung tetapi tidak mempunyai uang untuk membangun kandang dan modal kerja lainnya. Kemitraan juga sesuai diterapkan dalam sistem ini. Namun, hal ini lebih baik dijelaskan dahulu wujud kerja samanya. Sistem kerja samanya dapat berupa sistem saham, sistem bagi hasil, atau sistem yang lain yang sesuai kesepakatan bersama. Sistem kemitraan ini memungkinkan penyelesaian semua masalah yang terjadi untuk di tanggung bersama.
  • Sistem kontrak kerja
 Sistem ini sama dengan sistem meminjam dari bank, yang berbeda adalah wujudnya, yaitu berupa materi atau sumber daya. Pemanfaatan modal sendiri secara bertahap dapat dilakukan apabila peternak membangun peternakan kecil secara bertahap serta tergantung pada ketersediaan modal. Pembangunan peternakan dilakukan per kelompok, tidak langsing dalam satu waktu. Sebagai contoh, kelompok 1 dibangun, dibersihkan, dipasang pagar, dan di isi dengan ayam dahulu. Setelah ada uang, kelompok 2 dibangun dan seterusnya. pengembangan dapat dilakukan dengan membuka cabang peternakan baru. Hal yang perlu diperhatikan adalah perencanaan, sedangkan pelaksanaan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Kelompok 1 dapat dibangun setelah permasalahan modal jelas dan peternakan telah dipersiapkan. Setiap kelompok dapat terdiri dari satu atau lebih kandang. Satu kelompok dapat lebih dari satu kandang bertingkat, tergantung pada rencana isi ayam. Pembangunan kelompok dimulai dari bagian terujung terlebih dahulu apabila ara bertahap yang dipilih untuk digunakan. Kelompok yang paling barat dibangun paling terakhir apabila bagian muka peternakan berada di sebuah timur. Hal tersebut dimaksudkan agar kelak kelompok yang sudah ada ayamnya tidak terganggu oleh pembangunan kelompok berikutnya. Namun demikian, ada satu kelemahan dalam pembangunan kandang secara bertahap ini, yaitu bangunan serta pekerja kandang dapat menjadi perantara perpindahan penyakit. Sisi kelemahan ini harus dapat di antisipasi terlebih dahulu secara tepat. Cara yang dapat ditempuh dengan memagari wilayah apabila kandang pada kelompok pertama telah usai. Setiap kelompok kandang harus dipagari karena pada setiap kelompok memiliki usia yang berbeda dengan kelompok lainnya. Hanya pada kelompok yang sama dan usia ayam sama pula, kandang dapat terdiri dari dua unit atau dua susun. Pagar tersebut juga berfungsi untuk menghindari perpindahan penyakit dari ayam dewasa yang lebih tahan ke ayam yang lebih muda atau rentan.
Sistem kandang atau pemeliharaan yang hendak dijalani harus diketahui karena bertalian kuat dengan perencanaan dan penggunaan kandang kelompok 1 yang dibangun tersebut.